Jumat, 27 September 2013

Jokowi kritik "voorjider" berlebihan

Pewarta: Indra Arief Pribadi
 
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengkritik aksi pengendara voorjider saat mengawal pemimpin atau pejabat, yang menurutnya kadang berlebihan sehingga menimbulkan antipati masyarakat.

"Tak perlulah pakai sirine yang menguing-nguing dan dengan sejumlah personel yang banyak. Tidak musim lagi seperti itu, kita yang penting kerja," kata Jokowi pada perayaan ulang tahun Wahid Institue di Jakarta, Kamis.

Menceritakan kisah dirinya, Jokowi mengaku menolak fasilitas lengkap pengawalan sesuai protokoler yang diberikan kepadanya. Dia mengaku hanya menggunakan satu unit kendaraan pengawal, dari lima unit yang disediakan.

"Saya pakai satu, itu jika memang saya sedang perlu, jika tidak ya tidak usah," jelasnya.

Menurut Jokowi, rakyat kini sudah bosan dengan representasi pemimpin yang menunjukkan kesenjangan tinggi dan juga upaya pencitraan yang hanya kamuflase untuk mendapat dukungan.

Hal yang sangat dibutuhkan rakyat, kata Jokowi, adalah hasil dari kinerja para pemimpin.

Dia juga mengkritik kebiasaan pejabat atau lembaga pemerintahan yang kerap berupaya mengaburkan fakta di masyarakat dalam membuat laporan dengan permainan kata dan struktur informasi yang tidak jelas.

"Misalnya, waktu saya datang awal ke Jakarta, katanya data kemiskinan hanya tiga persen. Saya tidak percaya itu, saya cek langsung ke pemerintahan. Ternyata memang benar, tiga persen yang kategori miskin, namun ada kategori 'rentan miskin' yang sampai 30 persen," katanya.

Setelah diperiksa langsung ke lapangan, Jokowi mendapati fakta perbedaan kategori miskin dan "rentan miskin" itu ternyata tipis sekali. Dia menyebutnya sebagai "permainan data".

"Seharusnya tidak bolehlah seperti itu, kalau memang faktanya miskin sampai 30 atau bahkan 50 persen, ya sudah ungkap saja fakta itu, biar pemimpinnya berpikir," ujar Jokowi.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri, kata dia, kini sedang berupaya keras mengurangi kesenjangan kalangan kaya dan miskin dengan berbagai program seperti Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar