Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat muslim
tidak terprovokasi atas penyerangan di Tolikara, Papua. MUI meminta umat
beragama di Papua menjaga persatuan, kesatuan dan kedamaian.
"Fokus
utama (saat ini) damai di Papua," kata Wakil Ketua Umum MUI Ma'ruf
Amin dalam jumpa pers "Pernyataan Sikap Dewan Pimpinan Majelis MUI dan
Ormas tentang Tragedi Tolikara" di kantor MUI di Jl Proklamasi, Menteng,
Jakpus, Rabu (22/7/2015). Hadir di acara ini sejumlah wakil ormas dan
lembaga Islam.
Soal pemicu penyerangan ini yang disebut karena
Peraturan Daerah tentang larangan rumah ibadah menggunakan speaker, MUI
menilai pemicunya bukan masalah itu. Menurutnya umat muslim dan non
muslim di sana sudah memahami satu sama lain.
"Di Islam ada Idul
Fitri, ada salat Jumat. Agama lain ada kegiatan misa bahkan di kita umat
Islam banyak kawal gereja saat Natal," ucap Ma'ruf.
Ke depannya,
Ma'ruf berharap umat beragama di Papua bisa terus hidup damai
berdampingan satu sama lain dan terus saling menghormati.
"Saya kira ke depan kita saling mengawal supaya tidak seperti ini. Sehingga damai Papua," tutupnya.
MUI
menyatakan 5 sikap atas peristiwa kekerasan ini. Pertama, menyesalkan
dan mengutuk keras tindakan kekerasan terhadap umat Islam yang sedang
melakukan ibadah salat Idul Fitri di Tolikara. Kedua, meminta aparat
keamanan untuk mengusut tuntas dan menindak tegas kasus ini sampai ke
akar-akarnya dan meminta pemerintah untuk membangun kembali masjid dan
seluruh kios yang dibakar.
Ketiga, mendesak pemerintah pusat dan
Pemda Papua untuk memproses hukum secara obyektif sampai ke pengadilan.
Keempat, mendesak pemerintah dan semua pihak untuk mewaspadai dan
mencegah gerakan teror terhadap agama dan umat Islam di Indonesia.
Kelima, mengimbau umat Muslim menahan diri dan tidak provokasi dan
selalu menjaga kesatuan pesatuan umat dalam rangka mengawal tegak
kesatuan RI.
Rusuh Tolikara terjadi Jumat (17/7) di Karubaga,
Tolikara, Papua. Saat itu umat Islam baru saja memulai salat Id di
lapangan markas Koramil hingga akhirnya bubar karena diserang massa yang
membawa senjata tajam. Mereka menyingkir ke markas Koramil, sedang
puluhan kios mereka dan masjid dibakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar