JAKARTA - Warga Negara Indonesia (WNI) di Australia menggelar aksi dukungan pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Aksi dukungan itu disampaikan dengan cara unik, saat perayaan Australia Day, 26 Januari 2015, di Elder Park, Adelaide.
Para WNI turut dalam parade dengan
menggunakan berbagai atribut budaya dan pakaian adat nusantara sambil
membawa spanduk #SaveKPK. Mereka pun turut menyuguhkan berbagai atraksi
budaya dari Aceh, Batak, Ponorogo (Reok), Betawi, Bali, Sulawesi, sampai
Papua.
Koordinator aksi gerakan #SaveKPK Atik
Ambarwati menuturkan, aksi ini merupakan bentuk dukungan nyata WNI di
luar negeri terhadap agenda pemberantasan korupsi di Indonesia.
Salah satunya dengan menolak politisasi
dan kriminalisasi terhadap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dan
menuntut lembaga Polri besih dari intervensi politik dan kepentingan
kelompok yang korupsi.
Atik mengatakan, aksi ini sengaja digelar dalam hari penting Australia untuk menarik perhatian dunia internasional.
"Selain menunjukkan sikap kita sebagai
perwakilan WNI di sini, aksi juga ditujukan agar dunia internasional
tahu bahwa Indonesia negara anti korupsi," tutur perempuan yang juga
mahasiswa Flinders University itu.
Sementara itu, terkait langkah kongkrit
yang harus dilakukan Jokowi untuk menyelesaikan konflik Polri vs KPK,
Mochamad Mustafa yang turut hadir dalam aksi #SaveKPK meminta presiden
untuk segera mengambil keputusan tegas pro rakyat.
Sebab, menurutnya, seluruh masukan telah
diberikan pada orang nomer 1 di Indonesia itu. Mulai dari penerbitan
Perpu Imunitas KPK, pemecatan pejabat negara yang melakukan tindakan
indisipliner dan memperkeruh suasana, bahkan pembatalan pencalonan Budi
Gunawan.
"Sekarang kami menunggu solusi kongkrit
yang bisa dilakukan Jokowi untuk meyakinkan rakyat bahwa dia berkomitmen
memberantas korupsi. Kami ingin melihat seberapa besar nyali presiden
menolak intervensi partai pendukungnya," ujar mahasiswa program S3 dari
University of Adelaide itu.
Meski terkesan mengabaikan permohonan
rakyat dan lebih mementingkan kepentingan partai, para WNI tersebut
tetap percaya presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera melakukan
pembenahan dan memberikan pembuktian. Mereka pun mengaku tetap
mengapresiasi langkah Jokowi yang enggan mengintervensi proses hukum
yang berjalan baik di KPK maupun Polri.
"Kami juga mengapresiasi adanya tim
independen yang dibentuk. Tapi presiden harus sadar bahwa konflik ini
muncul karena abainya presiden dengan agenda pemberantasan korupsi demi
mengakomodasi kepentingan politik partai pengusungnya dalam pencalonan
Kapolri," tegas Atik. (mia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar