Kamis, 26 Mei 2011

Bendaharawan Demokrat ( Nazarudin) Dalam Berita

Balada Kursi Panas Dua Bendum Demokrat
Headline
M Nazaruddin-Zainal Abidin - IST
Oleh: MA Hailuki
Nasional - Kamis, 26 Mei 2011 | 12:24 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Di banyak partai politik, jabatan bendahara umum adalah kursi basah karena mengurusi masalah uang. Namun di Partai Demokrat, bendahara umum adalah kursi panas.

Tercatat, dalam dua kepengurusan, dua kali kursi bendahara umum Partai Demokrat menelan 'korban'. Sebelum M Nazaruddin yang telah dicopot dari jabatan itu, bendahara umum periode sebelumnya juga tak dapat menunaikan tugasnya hingga tuntas.

Bendahara Umum Partai Demokrat periode 2005-2009, Zaenal Abidin berhenti di tengah jalan karena meninggal dunia pada Senin (8/6/2009). Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit jantung, tindak-tanduk Zaenal ramai diperguncingkan pers nasional.

Pasalnya, CEO PT Shohibul Barokah ini menjadi penyumbang terbesar pada Pilpres 2009 dengan nilai donasi sebesar Rp5 Miliar. Zaenal dipergunjingkan karena dituding memiliki 'dana siluman'.

Pergunjingan itu bermula dari berhembusnya informasi bahwa perusahaan miliknya disebut hanya perusahaan kecil namun mampu menyumbangkan dana besar. Pergunjingan ini membuat Zaenal naik darah, dia pun angkat bicara dan menjelaskan sumber keuangannya.

“Itu sama sekali tidak benar. Maaf, bukannya saya mau sombong tapi saya punya empat kapal tangker. Coba cek di pelabuhan Tanjung Priok. Saya juga rekanan resmi Pertamina,” tegasnya, Kamis (4/6/2009).

Zaenal mengancam akan memperkarakan pihak-pihak yang telah melakukan tuduhan itu. “Kami akan melaporkan kepada pihak kepolisian siapapun yang mencemarkan nama baik PT Shohibul Barokah. Kami juga akan mengajukan tuntutan perdata jika ada pemberitaan yang mengandung unsur fitnah dan merusak kredibilitas kami sebagai pelaku usaha,” tegas Zainal.

Isu 'dana siluman' ternyata membuat tensi darah Zaenal meninggi sehingga memaksanya masuk rumah sakit menjalani perawatan. Niat Zaenal menuntut pihak yang memfitnahnya pun tak kesampaian.

Senin (8/6/2009) petang sekitar pukul 18.30 WIB, Zaenal meninggal dunia di Rumah Sakit Husada Mangga Besar Jakarta setelah dirawat karena serangan penyakit jantung. Pasca meninggalnya Zaenal kabar burung soal 'dana siluman' lambat laun mereda dan tak terdengar lagi.

Kursi bendahara umum Partai Demokrat memang kursi panas, bukan kursi basah. Kali ini M Nazaruddin yang menjadi korbannya. Mantan wakil bendahara Partai Demokrat periode 2005-2009 ini dicopot karena diduga terlibat sejumlah kasus korupsi dan suap.

Hingga kini Partai Demokrat belum memutuskan siapa pengganti Nazaruddin untuk menduduki kursi jabatan bendahara umum. Apakah kursi panas ini akan menelan korban berikutnya? Kita tunggu saja. [mah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar