Deden Gunawan,M. Rizal - detikNews
Jakarta - Enam tahun lalu, kondisi Nazaruddin sungguh berbeda dibandingkan sekarang. Ia mulai bisnisnya di Jakarta tahun 2005. Saat itu, pria yang kini jadi Bendahara Umum Partai Demokrat (PD) itu awalnya menyewa tempat tinggal dan kantor di Apartemen Rasuna Lot 9. Kantor perusahaanya pun berada di lantai dasar apartemen.
Tapi sekarang, Nazaruddin mampu membeli rumah di kawasan elit Pejaten,Jakarta Selatan. Rumah yang terletak di Jalan Pejaten Raya nomor 7 itu dibeli dari keluarga Taher dengan harga Rp 3 miliar. Rumah inilah yang menjadi tempat Sekjen MK Janedjri M Gaffar mengembalikan uang 120 dolar Singapura pemberian Nazar.
"Ia juga katanya memiliki sejumlah apertemen, salah satunya Apartemen Da Vinci, yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman," kata Daniel Sinambela, mitra bisnis yang kini berperkara di polisi dengan Nazar.
Kantor Nazar pun sekarang tidak lagi berada di basement Apartemen Rasuna ataupun rumah kos-kosan di daerah Riau. Kini ia punya gedung sendiri berlantai 6 yang diberi nama Tower Permai. Di gedung inilah perusahaan milik Nazar, seperti PT Anak Negeri, PT Anugrah, perusahaan money changer dan travel berada.
"Kalau dulu nama-nama perusahaan itu tertempel di kaca-kaca gedung. Tulisannya besar-besar dan berwarna merah. Saya dulu berpikir yang punya gedung itu norak atau kampungan. Kok nama perusahaan ditempel-tempel kayak gitu," kata Untung, pemilik rumah yang ada di seberang gedung Tower Permai saat ditemui deticom.
Hanya saja, sekarang setelah terbongkarnya kasus suap Wisma Atlet yang menyeret nama Nazar, tulisan-tulisan itu tidak ada lagi. Aktivitas di gedung itupun sudah tidak ada lagi. Bahkan nama gedung itu pun berubah menjadi Menara Jaya.
Di website DPR, tertulis Nazar lahir di Bangun, 26 Agustus 1978 alias umurnya baru 33 tahun. Melihat usianya yang masih muda, tentu Nazar termasuk orang yang sukses secara materi. Seberapa banyak kekayaan yang dimiliki Nazar yang adalah juga anggota DPR itu?
Ternyata Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) milik Nazaruddin sampai kini belum bisa diakses website KPK. Menurut juru bicara KPK Johan Budi, belum bisa diaksesnya LHKPN Nazar karena masih dalam proses penyusunan untuk menjadi tambahan berita negara (TBN). "Dia sudah melaporkan, hanya belum masuk dalam tambahan berita negara," jelas Johan.
Johan menjelaskan, Nazar melapor 21 Juli 2010. Untuk bisa diakses oleh masyarakat, LHKPN Nazar harus dimasukkan menjadi TBN dahulu. Alhasil, sampai sekarang publik pun belum bisa mengetahui seberapa besar kekayaan Nazar, baik berupa rumah, kendaraan dan sebagainya.
Hanya saja dari data profile Nazar yang diperoleh dari sejumlah sumber, termasuk data di DPR, Nazar menjadi Komisaris untuk 4 perusahaan, yaitu PT Anugrah Nusantara, PT Anak Negeri, PT Panahatan da PT Berkah Alam Berlimpah. Salah satu perusahaan Nazar, PT Anak Negeri tersandung kasus korupsi proyek pembangunan Wisma Atlet senilai Rp 191 miliar itu.
Sesuai data di DPR, Nazar tercatat memiliki rumah di Apartemen Taman Rasuna Said, Tower 9 di lantai 8. Apartemen yang dia tinggali ini masuk dalam lingkungan RT 009 RW 010, Kelurahan Menteng Atas, Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan.
"Memang di sini beliau tinggal, tapi belakangan saya kurang begitu melihatnya," kata seorang petugas keamanan di apartemen itu.
Beredar kabar Nazar saat ini sudah tidak lagi mendiami apartemen itu. Namun sumber yang dekat dengan Nazar membantah kabar itu. "Dia masih tinggal di apartemen itu kok. Cuma memang belakangan ini dia tidak mau banyak komentar atau ditemui wartawan, dia ketakutan ditanya kasus yang menimpanya," ujar sumber itu.
detikcom pun melacak rumah Nazar di Jalan Pejaten Barat Raya No 7, RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Rumahnya itu yang disebut Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD sebagai tempat pengembalian uang suap yang diterima Sekjen MK Janedjri M Gaffar.
Rumah ini memiliki pelataran luas, bangunan besar dan berlantai dua bergaya Eropa, serta berwarna putih ini. Anehnya nomor rumahnya telah dihilangkan.
Praktis bila orang mencari angka nomor 7 akan tambah kesulitan, di mana di kawasan perumahan ini sistem penomoran rumah pun terlihat acak. Walau dicat, tapi bayang-bayang angka tujuh ini masih terlihat dari dekat. Saat itu di pos pejaga keamanan rumah yang berada salah satu pintu gerbang terlihat tiga orang petugas berjaga-jaga.
"Maaf, ini memang betul rumah nomor 7, tapi ini rumah Pak Candra. Mas salah alamat," kata salah seorang satpam rumah itu.
Beberapa warga, termasuk sejumlah pedagang makanan dan rokok yang tak jauh di rumah itu memang mengaku kenal satu persatu pemilik rumah. "Tapi saya nggak tahu mana yang nomor 7 itu, dan saya nggak kenal Pak Nazaruddin," ujar penjual rokok yang saat itu juga menyebutkan nama pemilik rumah dengan nomor yang ada di situ satu per satu.
Sumber detik membeberkan Nazar memang belakangan ini ‘sembunyi’ dari kejaran wartawan karena takut sekali ditanya-tanya. Sumber ini pun mengaku Nazar sempat bersumpah tidak melakukan tindakan melawan hukum seperti yang beredar sekarang.
"Bayangkan dia sampai bersumpah-sumpah ke saya bahwa dia tidak melakukan korupsi atau suap. Kasus ini aneh semua," kata sumber itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar