Terima PKC, Golkar Tak Bicara Ideologi
Meski Golkar dan Partai Komunis China memiliki ideologi berbeda, tapi ada satu kesamaan.
Senin, 6 Juni 2011, 15:33 WIB
Anggi Kusumadewi, Suryanta Bakti Susila Dalam pertemuan kali ini, PKC dipimpin oleh anggota Politbiro Li Yuanchao. Sejumlah petinggi Golkar juga hadir di sana. Tampak pula Dubes China untuk Indonesia, Zhang Qiyue. Selain menggelar pertemuan, Golkar dan PKC juga melakukan pertukaran kader.
Namun pertemuan dan pertukaran kader itu tidak menyoal ideologi kedua partai. Mereka justru membahas soal pembangunan infrastruktur. “Pembangunan infrastruktur adalah kunci dari pembangunan ekonomi. Tanpa pembangunan infrastruktur, jangan harap pembangunan ekonomi bertumbuh dengan baik,” kata Ketua Umum partai Golkar Aburizal Bakrie di Kantor DPP Golkar, Senin 6 Juni 2011.
Pria yang akrab disapa Ical itu menuturkan, meskipun Indonesia membangun infrastruktur lebih awal dari China, namun China yang baru belakangan membangun infrastruktur, telah berhasil melampaui capaian Indonesia. Hasilnya, kata Ical, China kini menjelma menjadi raksasa ekonomi dunia.
Golkar dan PKC juga membicarakan masalah energi, industri manufaktur, usaha kecil menengah kedua negara, dan kemungkinan kerjasama investasi kedua negara. “Kami menyambut baik semua ide. Selanjutnya Golkar dan PKC akan melanjutkan pembicaraan di level lebih rendah untuk implementasi,” ujar Ical.
Ical tak khawatir kerjasama antara Golkar dengan partai komunis itu mendapat reaksi negatif masyarakat Indonesia. Apalagi, jelas Ical, Golkar lahir sebagai antitesis Orde Lama di mana PKI menjadi salah satu tulang punggungnya.
“Golkar sudah lama berhubungan dengan PKC. Kami tahu nama partainya komunis, tetapi dalam bidang ekonomi yang penting adalah perdagangan internasional dan globalisasi,” jelas Ical. Ia menambahkan, meskipun ideologi kedua partai berbeda, namun mereka memiliki satu kesamaan.
“Partai Komunis China adalah partai pendukung pemerintah, dan Partai Golkar juga partai pendukung pemerintah. Jadi keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk membangun kerjasama antarpemerintah kedua negara,” terangnya.
Mantan Menko Kesra itu mengatakan, karena China sangat maju di bidang ekonomi, maka kerja sama ekonomi dengan China akan menguntungkan Indonesia. “Tidak masalah melakukan kerja sama walaupun ideologi berbeda,” tegas Ical. Menurutnya, kesepahaman kedua partai bahkan telah terbangun sejak tahun 2008, ketika Golkar masih dipimpin oleh Jusuf Kalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar