"Kami Tak Ingin Jakarta Banjir Besar Lagi"
Bagi Ben Knapen, Jakarta bukanlah kota yang asing. Dia pun punya kesan mendalam
Rabu, 6 Juli 2011, 10:43 WIB
Renne R.A Kawilarang Knapen datang ke Indonesia untuk membahas kelanjutan hubungan bilateral di bidang pembangunan berdasarkan kebijakan pemerintah Belanda yang baru. Ia juga ingin melihat langkah-langkah apa saja yang dapat diambil dalam kerja sama pembangunan untuk menjalin hubungan yang lebih luas lagi berdasarkan kepentingan bersama.
Knapen merupakan menteri pertama Belanda yang berkunjung ke Indonesia sejak kerajaan itu berada di bawah kabinet baru pimpinan Perdana Menteri Mark Rutte. Dia memaparkan sejumlah perubahan signifikan bagi kerjasama pembangunan Indonesia - Belanda di bawah pemerintahan PM Rutte.
Dia juga memberikan pandangan mengenai pencapaian Indonesia dalam menggerakkan perekonomian, yang ditandai dengan naiknya jumlah kelas menengah di negeri ini.
Berikut wawancara VIVAnews dengan Menteri Knapen, 4 Juli 2011, yang berlangsung di suatu hotel di Jakarta.
Anda berkunjung ke Indonesia saat Belanda telah memiliki pemerintahan baru pimpinan PM Mark Rutte. Apakah ada perbedaan signifikan bagi kerjasama pembangunan Indonesia - Belanda di bawah pemerintahan baru PM Rutte?Ya, untuk beberapa sisi memang ada perubahan. Pemerintah kami memutuskan untuk melakukan sejumlah perubahan dalam kebijakan bantuan pembangunan. Pertama-tama, kami menekankan investasi bagi pertumbuhan dan kemandirian ekonomi.
Selain itu kami menurunkan jumlah bidang kerjasama hingga menjadi empat sektor, yaitu pertama ketahanan pangan; kedua manajemen air, baik pada infrastruktur maupun sanitasi; ketiga, isu keamanan dan tatanan hukum. Sektor keempat adalah yang menyangkut Tujuan bagi Pembangunan Milenium (MDG), baik itu isu kesehatan reproduksi, tingkat kematian ibu dan anak, maupun isu spesifik yang menyangkut kesehatan.
Alasan terfokus pada keempat sektor itu adalah kami yakin memiliki pengalaman yang unik untuk membawa perubahan yang baik.
Kami menyerukan adanya koordinasi atau pembagian tugas yang baik di kalangan negara donor dan agar negara-negara itu terfokus pada keahlian dan pengalaman yang dimiliki masing-masing.
Menurut laporan media massa Belanda, pemerintah Anda akan mengurangi nilai bantuan pembangunan internasional. Saya ingin Anda memastikan apakah laporan itu benar dan seberapa besar dampaknya bagi kerjasama pembangunan Belanda dan Indonesia?Laporan itu memang benar. Ini mengacu pada Standar Internasional mengenai Kerjasama Pembangunan di mana negara donor menyisihkan 0,7 persen dari Produk Nasional Bruto (GNP).
Belanda dulu menyisihkan anggaran yang lebih besar untuk bantuan pembangunan luar negeri, tahun lalu masih sebesar 0,8 persen. Baru sejak tahun ini menjadi sebesar 0,7 persen dari GNP.
Sebenarnya, kini hanya lima negara di dunia yang menerapkan standar internasional ini, sedangkan negara-negara donor lain justru menganggarkan lebih rendah dari level itu.
Kami ingin menjadi yang dapat diandalkan di tingkat internasional, maka sedari dulu kami mematuhi standar yang ditetapkan. Apakah ini berpengaruh bagi Indonesia, saya kira itu tidak sampai berdampak besar.
Pasalnya, pada saat yang bersamaan, kami juga mengurangi jumlah negara mitra pembangunan. Kami dulu aktif bermitra dengan 33 negara, kini sekarang berkurang menjadi 15 negara. Ini artinya kami justru akan lebih aktif dan akan menambah porsi bantuan dengan negara-negara yang kami pertahankan sebagai mitra kerjasama pembangunan.
Indonesia termasuk dalam 15 negara mitra pembangunan yang kami pertahankan, maka kami memiliki ruang-ruang kerjasama lain yang dapat diisi.
Selama berkunjung ke Indonesia, Anda juga akan memantau perkembangan proyek-proyek kerjasama pembangunan yang melibatkan Belanda di Indonesia di sejumlah sektor, seperti hukum, perdagangan, lingkungan hidup, dan HAM. Apakah dalam kunjungan Anda ini kedua pemerintah akan membuat kerjasama baru?Kami telah mengadakan pembicaraan menyangkut sejumlah program yang sedang berjalan, terutama yang menyangkut pengembangan kapasitas seperti pelatihan bagi pakar hukum dan pengacara muda. Kami berharap program-program seperti itu bisa dikembangkan lagi sekaligus mencari upaya bagaimana bisa menstimulasikan elemen-elemen hukum yang perlu diterapkan di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pejabat tinggi Belanda telah berkunjung ke Indonesia dan berkomitmen membantu sejumlah proyek, seperi sanitasi dan pengendalian banjir di Jakarta dan pelestarian lingkungan hidup di Kalimantan. Apakah Anda melihat kemajuan yang signifikan atas proyek-proyek yang dimaksud?Mengenai proyek di Kalimantan, saya harus melihat sendiri saat berkunjung ke sana pada Rabu 6 Juli 2011. Namun, sepengetahuan saya, proyek-proyek itu masih berjalan sesuai rencana, namun saya harus menyaksikannya sendiri.
Tentang proyek pengendalian banjir, kami saat ini baru berada pada tahap awal. Kami ingin Jakarta tidak lagi dilanda banjir besar seperti yang terakhir kali terjadi pada Februari 2007.
Kini kami berada pada tahap rencana aksi, yaitu untuk memastikan bagaimana kita bisa mencari solusi yang lebih terstruktur atas masalah itu. Salah satu hal yang kami pelajari adalah risiko banjir kini cenderung lebih besar terjadi dari laut ketimbang dari darat karena setiap tahun permukaan tanah di wilayah ini merembes.
Maka kami bersama para mitra terkait di Indonesia tengah merumuskan rencana bagaimana mengatasi masalah ini secara lebih terstruktur. Kini kami berharap bisa segera memasuki fase aksi. Secara bertahap kami berharap bisa menciptakan skema yang memadukan keselamatan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan yang menjadi lokasi proyek ini.
Keterangan Foto: Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa, menerima kunjungan Menteri Urusan Eropa dan Kerjasama Internasional Belanda, Ben Knapen, di Jakarta 5 Juli 2011 (ANTARA/Rosa Panggabean)
Bank Dunia dan kalangan ekonom baru-baru ini mengungkapkan naiknya jumlah kaum kelas menengah di Indonesia. Apakah Anda melihat kerjasama pembangunan seperti yang dilakukan Belanda dan Indonesia selama ini turut berperan atas kebangkitan kelas menengah itu?Menurut saya, pertama, pencapaian ini lebih karena upaya rakyat Indonesia sendiri. Kedua, kekuatan ekonomi Asia memiliki dampak yang positif bagi banyak negara, termasuk di Asia Tenggara. Ini terlihat dengan pertumbuhan ekonomi di Vietnam, Indonesia, Malaysia dan negara-negara lain di kawasan.
Jadi kebangkitan ekonomi ini tidak hanya terjadi di satu negara saja tapi juga dirasakan di satu kawasan. Bukan Indonesia saja yang tengah mengalami pencapaian itu, negara-negara lain pun demikian.
Di sisi lain, negara lain yang menjalin kerjasama pembangunan dengan Indonesia kemungkinan besar juga memiki dampak positif. Namun, kerjasama pembangunan bukanlah penentu kunci, memang bisa membantu dan menstimulasi ataupun mendorong, namun keberhasilan lebih ditentukan oleh rakyat di sini.
Di akhir tur di Indonesia, apakah Anda akan menunaikan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus kembali mengundang beliau untuk mengunjungi negara Anda, yang tahun lalu batal?Tidak, tidak ada acara itu. Belum ada pembicaraan mengenai kunjungan kenegaraan. Memang disayangkan bahwa kunjungan presiden ke Belanda batal, namun di sisi lain kami harus menghormati pertimbangan dari presiden dan juga kami harus menghormati kedaulatan Indonesia.
Namun, terlepas dari itu, presiden pernah menyampaikan besarnya minat beliau untuk menyaksikan hubungan Indonesia dan Belanda secara lebih komprehensif dan solid.
Tidak ada keraguan sama sekali bahwa semua pihak di negeri ini dan di negara saya untuk berkomitmen mempererat hubungan kedua bangsa, bukan hanya sebatas kerjasama pembangunan dan bantuan, namun juga sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya serta aspek-aspek lain.
Bahkan perlu dikembangkan lagi hubungan antarwarga. Banyak warga di negara saya yang memiliki kenangan khusus di negeri ini dan punya sanak kerabat yang tinggal di Indonesia.
Saya sendiri pernah tinggal di kawasan Kemang, Jakarta. Saya punya kesan mendalam selama tinggal di sana dan suka berada di negeri ini dan juga dengan rakyatnya.
Termasuk dengan macetnya Jakarta?Termasuk macetnya juga. Namun saya lihat sudah ada berbagai upaya mengurangi kemacetan di Jakarta berupa membangun jalan dan jalan layang baru. Namun kondisi ini pasti terjadi di negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Apakah Belanda juga punya program untuk mengatasi kemacetan di Jakarta?Tidak, tapi proyek yang kami kerjakan di sini pada akhirnya punya kontribusi untuk mengurangi kemacetan, yaitu bila terwujud proyek pembangunan tanggul laut (coastal defence project) Jakarta. Fasilitas ini, berdasarkan pengalaman di negara kami, pada akhirnya bisa dikembangkan menjadi pelabuhan atau dipadukan dengan sarana lain.
Apakah sudah ditentukan tenggat waktu kapan proyek ini selesai?Belum. Hasil studi atas proyek itu akan diumumkan sesegera mungkin. Namun itu masih akan dibicarakan lebih lanjut.
Anda juga bertemu dengan para perwakilan lembaga swadaya masyarakat di Indonesia. Apa isu-isu yang akan Anda angkat?Bila berbicara mengenai LSM, maka kita akan menyinggung bagaimana peran masyarakat dan hubungan mereka dengan pemerintah. Ruang-ruang apa yang mereka bisa berkiprah di dalamnya.
Apa situasi yang mereka hadapi dan apakah mereka butuh bantuan. Itulah yang akan kami singgung dengan mereka.
Saya akan bertemu dengan para LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup, seperti yang akan saya lakukan di Kalimantan. Di sana kami akan menyinggung isu perubahan iklim, kondisi hutan, lahan gambut dan sebagainya. Namun saya juga akan bertemu dengan komunitas yang bergerak di sektor lain.
Apakah Anda juga akan membicarakan sejumlah isu yang terkait dengan intoleransi atas penganut ajaran tertentu dan kaum minoritas?Ya, saya juga telah membicarakan hal yang dimaksud dengan pihak berwenang.
Apakah Anda juga menyampaikan keprihatinan resmi atas isu-isu itu?Well, tidak harus ada keprihatinan resmi, karena seperti Anda tahu pemerintah Indonesia juga telah menyatakan keprihatinan yang sama. Bila ada masalah seperti itu terjadi, pemerintah Indonesia juga tidak akan senang.
Tapi ini adalah negara yang besar, Anda tidak bisa memutuskan segala sesuatu dari Jakarta, jadi mereka telah berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis dan sekuler.
Tentu saja pemerintah harus berhadapan dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki pandangan dan perilaku radikal. Itu memang tidak selalu mudah, namun pemerintah telah berkomitmen untuk menangani isu-isu itu sebaik mungkin. (eh)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar