Selasa, 12 Juli 2011

SBY Dinilai Belum Jawab Kegundahan Masyarakat

"Ini sama seperti kader yang lain, hanya pembelaan diri. Tidak akan meredam isu."

Selasa, 12 Juli 2011, 06:21 WIB
Elin Yunita Kristanti, Febry Abbdinnah
VIVAnews - Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menggelar konferensi pers di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin malam untuk menjawab isu-isu seputar Partai Demokrat.

Ada beberapa poin yang disampaikan, antara lain kritik pada media yang dianggap merusak kredibilitas Partai Demokrat, bantahan kabar Demokrat akan menggelar kongres luar biasa yang akan menggulingkan Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum, dan membantah kabar Anas ingin menggulingkan SBY sebagai Ketua Dewan Pembina. Terakhir, menjawab isu bahwa orang dekat SBY kebal hukum.

Menanggapi itu, pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya berpendapat, apa yang disampaikan belum menjawab kegundahan masyarakat. "Masyarakat ingin ada kejelasan mengenai kasus-kasus yang menimpa kader-kader Demokrat," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Senin 11 Juli 2011 malam.
Dia menilai, pernyataan SBY, yang justru menyalahkan media, tidak bijak. "Ini sama seperti kader yang lain, hanya pembelaan diri. Tidak akan meredam isu yang sudah tersebar."
Meski begitu Yunarto mengakui ada pernyataan SBY yang menyejukkan, seperti imbauan pada kader agar menjauhi politik nakal.
"Dalam konteks Muhammad Nazaruddin, seharusnya ada tanggung jawab SBY untuk menyelesaikannya secara internal."

Media, kata Yunarto, punya kode etik sendiri. Masyarakat pun sudah cerdas, bisa memilah, mana informasi dan mana yang propaganda. "Yang lebih penting adalah mengimbau perilaku elit politik, bukan mengimbau pemberitaan media," tambah dia.

Faktanya, justru kader Demokrat yang menampakkan diri sedang berkonflik. Hal itu, kata dia, tampak dari perdebatan terbuka, pesan pendek Marzuki Ali, dan informasi dari Nazaruddin yang menyerang kolega-koleganya sendiri. "Jadi saya pikir lucu ketika yang disorot pihak luar."

SBY juga dinilai tak sepatutnya mengatakan ada penumpang gelap, ada pihak yang ingin memancing di air keruh. "Sebenarnya tidak perlu ada ungkapan kalimat yang konfliktual karena hanya akan memperunyam keadaan. Politik pasti ada penumpang gelap, tapi saya pikir, kalau diungkapan oleh Ketua Dewan Pembina, bisa jadi konflik baru."

Alih-alih menyalahkan pihak lain, Yunarto berpendapat, sebaliknya Demokrat menjadikan kasus Nazaruddin sebagai momentum bersih-bersih. "Juga harus ada tindakan proaktif mengembalikan Nazaruddin."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar